Berhenti dan lanjutkan ke konten lainnya

Pasar kredit sangat penting untuk kelangsungan operasi bisnis. Di masa krisis seperti pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, beroperasinya bisnis di seluruh segi perekonomian terganggu. Gangguan ini menghilangkan penghasilan bisnis, dan dirasakan sulit untuk tetap bertahan. Kehadiran kreditor pada kondisi sekarang ini sangat berguna dalam mengamankan kelangsungan kehidupan bisnis melalui pinjaman.

1

Tetapi apa yang terjadi ketika bisnis tersebut memiliki pinjaman pada masa sebelum krisis, dan harus membayar kembali? Ini adalah situasi yang sering terjadi di Indonesia dan bahkan di seluruh dunia. Hingga kuartal 1 2020, perekonomian sudah menunjukkan tanda-tanda tertekan. Setelah semua bisnis terlihat jelas membutuhkan uluran tangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan proses pembatasan pinjaman.

Apakah itu skema restrukturisasi pinjaman? bagaimana ini bisa terjadi?

Mungkin Anda sudah bertanya pada diri sendiri, apa itu skema restrukturisasi hutang? Apa yang dibutuhkan? Skema restrukturisasi pinjaman mengacu pada penyesuaian ketentuan perjanjian pinjaman yang ada. Skema ini sebagian besar bertujuan untuk membantu peminjam untuk mengelola pinjaman ditengah kondisi yang tak terduga dan tidak dapat dihindari.

Kreditur melaksanakan skema restrukturisasi untuk menghindari kasus dimana peminjam kemungkinan gagal membayar keseluruhan hutang. Proses restrukturisasi memerlukan perpanjangan jangka waktu pinjaman. Jadi, jika pinjaman Anda jatuh tempo dalam satu tahun, kreditor mungkin mempertimbangkan untuk menambah enam bulan lagi. Secara efektif, ini mengurangi jumlah cicilan yang harus di lunasi. Alternatif lain nya kreditur dapat mengubah bunga yang dibebankan terhadap jumlah pokok. Penyesuaian biasanya dilakukan menurun, dengan begitu mengurangi jumlah total pinjaman yang harus dibayar.

Ketika kreditor harus merestrukturisasi pinjaman, itu berarti kondisi peminjam sangat buruk. Artinya peminjam telah mempertimbangkan setiap opsi yang tersedia, tetapi tidak ada yang berhasil dalam pembayaran kembali pinjaman. Misal, COVID 19 mengharuskan peraturan lockdown yang membuat kegiatan ekonomi berhenti tiba-tiba. Beberapa orang mendapati pemasukan mereka terhenti dikarenakan PHK dan bisnis yang berhenti beroperasi. Tanpa restrukturisasi pinjaman, opsi berikutnya yang tersedia adalah kegagalan pembayaran. Karena skema restrukturisasi merupakan alternatif yang ekstrim, maka ada biaya yang harus dikeluarkan.

2

Bagaimana skema memengaruhi keuangan anda

Skema ini dapat memengaruhi keuangan Anda dengan berbagai cara, termasuk:

1. Anda akan dikenakan biaya pemrosesan

Kreditor mengenakan biaya pemrosesan untuk memfasilitasi skema restrukturisasi. Biaya tersebut sering kali dibebankan sebagai persentase dari jumlah total pinjaman. Kreditor yang berbeda akan mengenakan biaya yang berbeda pula.

2. Peningkatan suku bunga

Ketika kreditor memberikan pinjaman, mereka memiliki batas waktu di mana hutang tersebut harus dilunasi. Pinjaman sering kali berasal dari investor lain yang mengharapkan pembayaran bunga atas modal mereka pada jangka waktu tertentu. Jika ini tidak terjadi, kreditur mungkin akan dikenakan denda.

Karena alasan ini, Anda kemungkinan besar akan dikenakan tingkat bunga yang lebih tinggi atas pinjaman yang direstrukturisasi. Pembayaran bunga yang lebih tinggi akan membantu kreditur menutupi denda yang timbul jika menunda pembayaran bunga kepada investor.

3. Meningkatnya jumlah pinjaman

Karena biaya pemrosesan, suku bunga yang lebih tinggi, dan biaya lainnya, Anda akan membayar jumlah pinjaman yang lebih tinggi dibanding sebelum restrukturisasi. Efek bunga majemuk menggelembungkan jumlah total pinjaman, dan menjadi lebih signifikan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi atau periode pembayaran yang lebih lama.

Selain efek bunga majemuk, beberapa kreditor meminta agunan bernilai tinggi sebelum melakuka skema restrukturisasi. Jika Anda gagal melunasi bahkan setelah restrukturisasi, Anda akan memikul lebih banyak hutang daripada yang dapat Anda bayangkan.

Haruskah Anda menghindari restrukturisasi pinjaman?

Tidak ada orang menemukan dirinya dalam situasi di mana restrukturisasi pinjaman diperlukan karena pilihan. Namun, beberapa orang malah merestrukturisasi hutangnya daripada melikuidasi investasi mereka demi melunasi pinjaman. Meskipun demikian, peminja lebih baik dalam memprioritaskan kliring pinjaman meskipun itu berarti menyerahkan kepemilikan aset seperti saham.

Daripada melakukan investasi baru saat ada pinjaman tertunda yang mungkin memerlukan restrukturisasi, lebih baik Anda membayar kembali uang yang terhutang terlebih dahulu. Selain menghemat biaya bunga tambahan dan nilai kredit yang buruk, membayar kembali pinjaman yang belum dibayar, tentu saja, dapat membantu Anda untuk mengatur ulang situasi keuangan Anda untuk awal yang lebih baik dan segar.

Artikel yang terhubung