Pelajaran Keuangan Yang di Dapat Selama Lockdown
Pada Senin 12 Oktober 2020, Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan pelonggaran peraturan pengurangan pembatasan yang bertujuan memerangi penyebaran Covid-19. Dijuluki Masa Transisi Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), kebijakan tersebut menyiratkan bahwa beban pandemi semakin menipis di kota terbesar di Indonesia. Masa Transisi PSBB akan berlangsung selama dua minggu hingga 25 Oktober.
Tidak diragukan lagi bahwa masyarakat Indonesia merasa lega ketika pihak berwenang mulai mengurangi tekanan pada “kebijakan rem darurat” yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, berjanji kepada warganya bahwa tidak akan ada pembatasan lagi jika penularan tetap pada tingkat yang dapat dikendalikan. Mengapa ini penting?
Pandemi menyerang tanpa disadari
Di Indonesia dan di seluruh dunia, periode pembatasan pergerakan masyarakat telah merugikan banyak orang secara finansial. Akibat penghentian kegiatan ekonomi secara tiba-tiba, banyak orang kehilangan sumber pendapatan. Jadi, ketika Anda mendengar pihak berwenang berbicara tentang pencabutan batasan, itu berarti bisnis akan bangkit kembali, dan orang-orang akan mendapatkan penghasilan lagi.
Namun demikian, periode lockdown tidak hanya menimbulkan kerugian finansial bagi masyarakat. Sebaliknya, orang-orang punya waktu untuk merenungkan hubungan mereka dengan keuangannya. Tidak hanya sekali, dua kali, tetapi sering kali kita mendengar bahwa kurangnya persiapan yang tepat dapat menghancurkan kehidupan yang kurang baik dalam mempersiapkan keuangan untuk menghadapi masa sulit.
Selalu simpan dana darurat untuk masa ketidakpastian
Ketika pandemi mulai mencapai momentumnya, tidak ada yang siap untuk lockdown dan banyak orang tercengang ketika likuiditas terdampak paling parah. Kalaupun ada, hanya sedikit orang yang memiliki dana darurat untuk kelangsungan hidup mereka ketika pendapatan mereka tiba-tiba berkurang. Amanah terbesar dari periode lockdown adalah bahwa seseorang harus selalu memiliki cadangan dana untuk digunakan ketika ketidakpastian melanda.
Perencana keuangan profesional menyarankan agar dana darurat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup utama Anda setidaknya selama enam bulan. Tetapi pertama-tama, Anda perlu mengevaluasi biaya hidup Anda untuk menentukan jumlah yang cukup. Anda dapat melakukan pendekatan ini dengan mempertimbangkan sewa bulanan, biaya makanan dan bahan habis pakai non-makanan, pinjaman, dan pengeluaran penting lainnya seperti biaya sekolah.
Memiliki perlindungan kesehatan yang komprehensif
Krisis medis seperti Covid-19 dapat membuat Anda cemas, terutama bila Anda tidak memiliki asuransi kesehatan. Pada 13 Oktober 2020, 12.027 orang Indonesia telah meninggal karena Covid-19. 263.296 lainnya yang dinyatakan positif telah pulih.
Meskipun sangat melegakan untuk kembali ke keluarga setelah berurusan dengan penyakit mematikan, Covid-19 telah menunjukkan bahwa virus tersebut melemahkan kekebalan tubuh korban hingga ke titik berbahaya. Pemerintah telah turun tangan dalam mengurangi dampak finansial yang dirasakan oleh para korban Covid-19, tetapi bantuan ini terhenti setelah pasien dipulangkan. Artinya, kehidupan bisa menjadi lebih tidak pasti, terutama jika Anda tidak memiliki asuransi jiwa yang komprehensif.
Perlindungan asuransi jiwa yang komprehensif, sebagian besar, merupakan bagian dari perencanaan keuangan. Jenis pertanggungan ini melindungi Anda secara finansial saat krisis medis melanda. Daripada menabung untuk membayar tagihan medis yang luar biasa mahal, asuransi dapat melindungi Anda dari tekanan pikiran yang bertambah.
Selama lockdown, beberapa orang yang tidak memiliki asuransi pernah mengalami musibah tragedi. Mereka kehilangan pekerjaan dan mengalami krisis medis yang membutuhkan uang yang sudah tidak tersedia.
Investasikan dalam aset yang beragam
Berkali-kali, kami telah diberitahu bahwa berinvestasi adalah cara terbaik dalam mengamankan kebebasan finansial di masa depan. Banyak orang tidak tahu sebelum periode lockdown karena aset terbaik pun bisa turun nilainya.
Pada akhir Maret 2020, Bursa Efek Indonesia (BEI) mempersingkat jam perdagangan untuk mengendalikan volatilitas pasar. Langkah itu dibutuhkan karena ketidakpastian seputar pandemi virus corona. Kemudian di bulan September, BEI tergelincir 5% saat Jakarta memasuki putaran kedua lockdown.
Ini memberi tahu Anda bahwa orang-orang yang telah mempercayai BEI dengan semua tabungan mereka mengalami emosi yang naik turun ketika menyaksikan investasi mereka terhuyung-huyung di ambang kehancuran. Hanya segilintir orang saja yang tidak mengalami kondisi seperti tersebut, adalah mereka yang menyebar investasi mereka ke berbagai tipe aset.